Sabtu, 31 Desember 2011

Sepotong Roti Penebus Dosa

Abu Burdah bin Musa Al-Asy�ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti."

Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam bujuk rayunya dan bergelimang di dalam dosa selama tujuh hari sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-isteri. Setelah ia sadar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil disertai dengan mengerjakan solat dan bersujud.

Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, karena sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu. Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang pendita yang ada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa buku roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sebuku roti.

Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bahagian, karena disangka sebagai orang miskin. Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu ia berkata: "Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku." Orang yang membagikan roti itu menjawab: "Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu buku roti." Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bahagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia.

Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadat yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sebuku roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sebuku roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata: "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sebuku roti itu!"

Jumat, 02 Desember 2011

Mengetahui Aib Sendiri


Ketika kita bicara masalah aib, kebanyakan dari kita menghindari atau menutupinya.padahal yang sebenarnya kita harus mengetahui aib-aib kita untuk melakukan perbaikan.
Didalam kitab Mukhtashar Minhaj al-Qashidin dijelaskan bahwa ada empat cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengetahui aib dirinya.

Pertama, dengan cara mencari seorang “guru” yang memahami aib-aib jiwa dan memberitahu kita cara mengobatinya. Guru seperti ini ibarat seorang dokter spesialis yang handal, dan sangat disayangkan jika kita meninggalkannya apalagi pada zaman seperti ini sang guru seperti ini begitu sulit kita temukan.

Kedua, mencari seorang teman atau sahabat yang tulus, jujur, bernurani bersih, berakhlak baik dan beragama baik. Teman yang seperti ini akan menjadi pengontrol bagi kita, ibarat alarm dia akan mengingatkan kita pada saat kita melakukan perbuatan atau perilaku yang tidak terpuji. Akan tetapi pada zaman seperti saat ini sangat sedikit teman yang tidak berpura-pura dan tidak berbasa-basi di hadapan kita dan bersedia memberitahu kita kekurangan yang ada dalam diri kita. Sangat sulit bagi kita menemukan seorang teman / sahabat yang memiliki sifat seperti tersebut di atas, apalagi terkadang kita membenci orang yang memberitahu aib-aib kita.

Ketiga, mengambil pelajaran dari perkataan orang—orang yang tidak menyukai kita, karena orang yang tidak menyukai kita pasti akan melihat seluruh kelemahan atau kejelekan kita. Manfaat yang didapat kita ambil dari orang yang tidak menyukai kita (kontra) yang menyebutkan aib-aib (kekurangan) kita jauh lebih besar dari pada yang diambil dari teman yang berpura-pura di hadapan kita dan menyembunyikan aib-aib kita.

Keempat, banyak bergaul dengan orang lain dan kita harus menghindari semua tindakan tercela yang kita lihat pada mereka.

Kita harus berhati-hati pada kamuflase hawa nafsu. Kita harus mengakui aib dan dosa-dosa kita, berniat melakukan perbaikan, tidak malu meminta nasihat. Menjadi orang yang realistis, mengawasi celah celah jiwa kita. Walaupun melakukannya secara terperinci adalah hal yang sulit dilakukan oleh jiwa.
Jika Allah SWT menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka DIA membuat orang itu mampu melihat aib-aib dirinya. Jika kita sudah tau aib-aib kita maka kita akan mampu mengobatinya. T
etapi kebanyakan dari kita tidak mengetahui aib-aib kita. Kebanyakan dari kita melihat kotoran di mata orang lain, tapi tidak dapat melihat kotoran di mata kita sendiri.

Rela di masukkan ke dalam Neraka.


Rela di masukkan ke dalam Neraka.

Nabi Musa AS suatu hari sedang berjalan-jalan melihat keadaan umatnya. Nabi Musa AS melihat seseorang sedang beribadah. Umur orang itu lebih dari 500 tahun. Orang itu adalah seorang yang ahli ibadah. Nabi Musa AS kemudian menyapa dan mendekatinya. Setelah berbicara sejenak ahli ibadah itu bertanya kepada Nabi Musa AS, Wahai Musa AS aku telah beribadah kepada Allah SWT selama 350 tahun tanpa melakukan perbuatan dosa. Di manakah Allah SWT akan meletakkanku di Syurga-Nya?. Tolong sampaikan pertanyaanku ini kepada Allah. Nabi Musa AS mengabulkan permintaan orang itu.

Nabi Musa AS kemudian bermunajat memohon kepada Allah SWT agar Allah SWT memberitahukan kepadanya di mana umatnya ini akan ditempatkan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman, "Wahai Musa (AS) sampaikanlah kepadanya bahawa Aku akan meletakkannya di dasar Neraka-Ku yang paling dalam".  Nabi Musa AS kemudian mengkhabarkan kepada orang tersebut apa yang telah difirmankan Allah SWT kepadanya. Ahli ibadah itu terkejut. Dengan perasaan sedih ia beranjak dari hadapan Nabi Musa AS. Malamnya ahli ibadah itu terus berfikir mengenai keadaan dirinya. Ia juga mulai terfikir bagaimana dengan keadaan saudara-saudaranya, temannya, dan orang lain yang mereka baru beribadah selama 200 tahun, 300 tahun, dan mereka yang belum beribadah sebanyak dirinya, di mana lagi tempat mereka kelak di akhirat.

 Keesokan harinya ia menjumpai Nabi Musa AS kembali. Ia kemudian berkata kepada Nabi Musa AS, "Wahai Musa AS, aku rela Allah SWT memasukkan aku ke dalam Neraka-Nya, akan tetapi aku meminta satu permohonan. Aku mohon agar setelah tubuhku ini dimasukkan ke dalam Neraka maka jadikanlah tubuhku ini sebesar-besarnya sehingga seluruh pintu Neraka tertutup oleh tubuhku jadi tidak akan ada seorang pun akan masuk ke dalamnya". Nabi Musa AS menyampaikan permohonan orang itu kepada Allah SWT. Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Nabi Musa AS maka Allah SWT berfirman, "Wahai Musa (AS) sampaikanlah kepada umatmu itu bahawa sekarang Aku akan menempatkannya di Syurgaku yang paling tinggi”.

Uraian kisah ini menunjukkan bahwa derajat yang tinggi di sisi Alloh hanya di dapatkan seorang hamba yang mau memikirkan saudara-saudaranya, dan sanggup berbuat sesuatu untuk saudara – saudaranya, sabda Nabi “ Khoirunnas anfa’uhum linnaas
Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.

Senin, 31 Oktober 2011

6 Pertanyaan Untuk Kita Renungi Bersama

1. Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ?
2. Apa yang paling jauh dari kita di dunia ?
3. Apa yang paling besar di dunia ?
4. Apa yang paling berat di dunia ?
5. Apa yang paling ringan di dunia ?
6. Apa yang paling tajam di dunia ?

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya....

Pertama : “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)

Kedua : "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang - bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga : "Apa yang paling besar di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab, "gunung, bumi dan matahari". Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al A'Raf 179).
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Keempat : "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab "besi dan gajah". Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" (Al Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Kelima : "Apa yang paling ringan di dunia ini?"...
Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.

Keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"...
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.


dikutip dari Andika Setiawan.

Kamis, 24 Februari 2011

AKU SANG PENCEMBURU

Bismillahirrahmanirrahim....
Kenapa bidadari cemburu kepada wanita sholeha,..??? Ayo…ada yang tau kenapa,..???
Karena ternyata Mar’ah Sholehah lebih mulia dari bidadari surga, keunggulannya yang digambarkan Rosulullah sebagai kelebihan yang tampak atas sesuatu yang tidak terlihat.
Aku bertanya, “ Ya..Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia yang sholeha ataukah bidadari yang bermata jeli? ”
Beliau menjawab, “ Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat. ” Aku bertanya, “ Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari? ”. Beliau menjawab,” Karena sholat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih berseri, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka (Bidadari) berkata, “ Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya. ” (HR Ath Thabrani, dari Ummu Salamah)

Inilah tangkai-tangkai cinderamata untuk para wanita sholeha yang mendamba surga…
Inilah mutiara-mutiara yang kemilaunya mempesonakan mata hingga membuat iri para bidadari yang bermata jeli itu dan para lelaki sholeh yang ingin menikahinya...
Inilah kuntum-kuntum bunga, yang harum wanginya melebihi wangi harum kesturi...
Duhai wanita sholehah kau kan menjadi idaman laki-laki sholeh karena pesonamu diatas pesona bidadari bermata jeli itu…
Tak salah sebuah kutipan kata dari `Aidh Al Qarni “ Ku tanamkan didalamnya mutiara lalu..kubiarkan bersinar tanpa mentaridan berjalan tanpa rembulan.kedua matanya adalah sihir dan keningnya laksana pedang India. Milik Allah-lah bulu mata, leher dan kulit yang dicelup merah. “
Tidakkah kau ingin seperti Fatimah atas kesungguhannya menjaga kehormatan diri dan suami,..???
atau tidakkah kau inginkan seperti Khodijah atas kelembutannya dan keibuannya,..???
atau seperti Nusaibah binti Ka’ab seorang akhwat yang jago karate, yang melindungi Rasulullah ke manapun beliau bergerak dalam perang,..???
Tapi…bilakah ingin sepeti ‘Aisyah yang suka bermanja dan ceria tentu.. tidaklah mengapa, atau seperti Hafsah yang tetap bisa membentak dan tertawa terbahak.. itupun tak apa-apa.
Banyak akhwat yang hanya menginginkan menjadi sosok seperti ‘Aisyah dan Khodijah, kenapa,..??? apa karena dua wanita Istimewa ini yang telah menjadi mujahidah terbaik bagi Rasulullah,..??? Ayo….tanyakan dalam hatimu,..????
Ukhti…janganlah konyol memaksakan diri menjadi orang lain dengan mengubah karaktermu. Tidakkah kau bangga atas Shibghah Allah atasmu,..????
Maka…. cukuplah warna yang menjadi karakter menghiasi pesona akhlaqmu.
“ Shibghah Allah. Dan Siapakah yang lebih baik celupan warnanya daripada Allah? Dan padaNya sajalah kami beribadah. ” (Al-Baqarah 138).
Sungguh sesuatu yang kini membingkaimu (karakter dan akhlaq) adalah sesuatu yang indah yang Allah celupkan warna atasmu. Dan menjaganya untuk tetap menjadi mulia di manapun dan kapanpun adalah lebih baik.
Lagipula, selera mujahidmu nanti juga berbeda. Bukan begitu,..??? (Emang sudah punya mujahid,..??? Hhee..) Tetaplah jadi dirimu, bila kau memiliki karakter layaknya Aisyah yang senang bermanja dan ceria, yang begitu cemburu dan tentu….. pandangannya tak pernah liar karena hanya menjaga pandangan untuk Rasulullah. Tetaplah itu menjadi ke-khasanmu.
Duhai wanita sholehah, kau memang bukan bidadari tapi tidakkah kau inginkan agar bidadari cemburu padamu karena akhlaqmu yang begitu menawan hati?
Karena aku juga cemburu,.. karena akhlaq para shahabiyah yang kini telah menawan hatiku…
Karena aku begitu cemburu, karena ku inginkan rasa malu itu menjadi penghias akhlaq dan keimananku,.. yang menjadikan Khodijah, Aisyah, Fatimah, Hafsah dan shahabiyah yang lain lebih terjaga oleh rasa melebihi terjaganya seorang gadis dalam pingitan.
Sungguh kini…. aku benar-benar CEMBURU . . . . .
C.E.M.B.U.R.U padamu…
pada Ukhti Sholehah karena akhlaqmu yang begitu menawan itu
Karena Aku Cemburu…..
Aku Cemburu pada Kalian..!!!
Aku cemburu pada kalian…yaaa....aku memang cemburu pada kalian
Aku cemburu pada kalian para pejuang kehidupan, para penyampai kebenaran, para pencinta ketakwaan, para pencari cinta Al Haq..
Aku cemburu pada kalian yang sangat anggun dengan keanggunannya, sangat lembut dengan kelembutannya, arif dan bijaksana dalam mengambil arah dan langkah..
Aku cemburu pada kalian yang malam-malamnya penuh cinta, khusyu’ dan nikmat dalam sujud dan berkhalwat dengan Rabb semesta alam..
Aku cemburu pada kalian yang siangnya diisi dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan ditujukan hanya tuk meraih ridho-Nya..
Aku cemburu dengan kalian yang dapat mengisi hari-harinya dengan ketakwaan dan ibadah pada-Nya dengan sepenuh hati dan jiwa kalian..
Aku cemburu pada kalian yang mampu mengisi hidupnya dengan ketaatan dan senantiasa memenuhinya dengan agenda yang mendekatkan kalian pada-Nya..
Aku cemburu pada kalian..!!!
Aku cemburu dengan wajah teduh kalian, yang membuat hatiku menjadi ingat pada-Nya setiap adanya kehadiran kalian dan dengan setiap untaian kata-kata indah penuh nasihat dari kalian..
Aku cemburu pada kalian yang bisa menuangkan syair indah penuh hikmah dalam setiap tulisan dan ucapan yang berasal dari hati kalian, sehingga hatikupun bergejolak ketika membaca dan mendengarkannya..
Sungguh aku cemburu pada kalian...
Aku cemburu pada kalian yang mempu menunaikan pendidikan sampai jenjang tertinggi tanpa melupakan pendidikan untuk anak-anak kalian serta masyarakat di lingkungan kalian..
Aku cemburu pada kalian,yang walaupun tak bersekolah, namun mampu melahirkan generasi-generasi militan dan para guru bangsa yang mampu mengangkat keterpurukan umat pada peradaban..
Aku cemburu pada kalian yang hidupnya selalu berada di lingkungan yang taat beragama, sehingga dari kecilpun kalian telah tahu keindahan Islam yang sebenarnya..
Aku cemburu dengan kalian yang hidupnya pernah terpuruk dalam kemaksiatan namun mampu tuk beralih pada jalan takwa dengan semangat mempelajari berbagai ilmu, sehingga perkembangan ilmu kalian lebih banyak, kalian lebih taat dalam ketaatan pada-Nya dan keinginan kuat kalian tuk bertaubat pada-Nya..
Aku cemburu pada kalian yang berusia muda namun memiliki kematangan dalam bertindak dan bersikap, dan dengan penuh semangat menegakkan tiang kebenaran dan tonggak keimanan Aku cemburu pada kalian yang berusia lebih mapan namun masih sangat bersemangat tuk berda’wah, tak pernah menyerah mencari ilmu, dan senantiasa membagi kebijaksanaan dengan lingkungan kalian..
Aku cemburu pada kalian yang mampu membagi waktu dengan aktivitas berlimpah tanpa melupakan kedekatan kalian dengan-Nya..
Aku cemburu pada kalian yang memiliki waktu luang dan mampu mengisinya dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi sesama..
Ya…memang aku cemburu pada kalian…
Namun ada beberapa sosok yang lebih aku cemburui dibanding kalian
Aku cemburu dengan ibunda Khadijah, Aisyah, Khansah, Fatimah, dan para shabiyah lainnya, dimana mereka dijadikan panutan bagi para muslimah sampai akhir zaman…
Sungguh aku cemburu pada mereka…
Mungkin kecemburuanku sangatlah tidak layak, namun aku tak bisa menyembunyikannya
Adakah yang cemburu padaku?
Ah entahlah…aku tidak butuh kecemburuan kalian
Mungkin yang bisa mengobatiku adalah kecemburuan para bidadari syurga padaku
Semoga semua kebaikan kalian bisa melecut diri ini untuk mampu belajar lebih giat dalam memperbaiki diri
Aku masih harus banyak belajar...