Jumat, 02 Desember 2011

Mengetahui Aib Sendiri


Ketika kita bicara masalah aib, kebanyakan dari kita menghindari atau menutupinya.padahal yang sebenarnya kita harus mengetahui aib-aib kita untuk melakukan perbaikan.
Didalam kitab Mukhtashar Minhaj al-Qashidin dijelaskan bahwa ada empat cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengetahui aib dirinya.

Pertama, dengan cara mencari seorang “guru” yang memahami aib-aib jiwa dan memberitahu kita cara mengobatinya. Guru seperti ini ibarat seorang dokter spesialis yang handal, dan sangat disayangkan jika kita meninggalkannya apalagi pada zaman seperti ini sang guru seperti ini begitu sulit kita temukan.

Kedua, mencari seorang teman atau sahabat yang tulus, jujur, bernurani bersih, berakhlak baik dan beragama baik. Teman yang seperti ini akan menjadi pengontrol bagi kita, ibarat alarm dia akan mengingatkan kita pada saat kita melakukan perbuatan atau perilaku yang tidak terpuji. Akan tetapi pada zaman seperti saat ini sangat sedikit teman yang tidak berpura-pura dan tidak berbasa-basi di hadapan kita dan bersedia memberitahu kita kekurangan yang ada dalam diri kita. Sangat sulit bagi kita menemukan seorang teman / sahabat yang memiliki sifat seperti tersebut di atas, apalagi terkadang kita membenci orang yang memberitahu aib-aib kita.

Ketiga, mengambil pelajaran dari perkataan orang—orang yang tidak menyukai kita, karena orang yang tidak menyukai kita pasti akan melihat seluruh kelemahan atau kejelekan kita. Manfaat yang didapat kita ambil dari orang yang tidak menyukai kita (kontra) yang menyebutkan aib-aib (kekurangan) kita jauh lebih besar dari pada yang diambil dari teman yang berpura-pura di hadapan kita dan menyembunyikan aib-aib kita.

Keempat, banyak bergaul dengan orang lain dan kita harus menghindari semua tindakan tercela yang kita lihat pada mereka.

Kita harus berhati-hati pada kamuflase hawa nafsu. Kita harus mengakui aib dan dosa-dosa kita, berniat melakukan perbaikan, tidak malu meminta nasihat. Menjadi orang yang realistis, mengawasi celah celah jiwa kita. Walaupun melakukannya secara terperinci adalah hal yang sulit dilakukan oleh jiwa.
Jika Allah SWT menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka DIA membuat orang itu mampu melihat aib-aib dirinya. Jika kita sudah tau aib-aib kita maka kita akan mampu mengobatinya. T
etapi kebanyakan dari kita tidak mengetahui aib-aib kita. Kebanyakan dari kita melihat kotoran di mata orang lain, tapi tidak dapat melihat kotoran di mata kita sendiri.

1 komentar: